Hakikat
Matematika
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan
karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakikat matematika.
James dan James (1976) dalam kamus
matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu
aljabar, analisis dan geometri.
Johnson dan Rising (1972) dalam
bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasi,
pembuktian yang logic, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan symbol
dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Reys, dkk (1984) dalam bukunya
mengataan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola pikiran, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Kline (1973) dalam bukunya mengatakan
bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam.
Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa
hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur – struktur dan
hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika
berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa
apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka
simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang
beroperasi di dalam struktur-struktur.
Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam
matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai
dengan lingkup semestanya.
Berdasarkan uraian di atas, agar supaya simbol itu berarti maka kita
harus memahami ide yang terkandung di dalam simbol tersebut. Karena itu, hal
terpenting adalah bahwa ide harus dipahami sebelum ide itu sendiri disimbolkan.
Misalnya simbol (x, y) merupakan pasangan simbol “x” dan “y” yang masih kosong
dari arti. Apabila konsep tersebut dipakai dalam geometri analitik bidang,
dapat diartikan sebagai kordinat titik, contohnya A(1,2), B(6,9), titik A (1,2)
titik A terletak pada perpotongan garis X = 1 dan y = 2 titik B( 6, 9) artinya
titik B terletak pada perpotongan garis X = 6 dan y = 9. Hubungan–hubungan
dengan simbol-simbol dan kemudian mengaplikasikan konsep-konsep yang dihasilkan
kesituasi yang nyata.
Soedjadi (2000: 1) mengemukakan
bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut
pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
- Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik
- Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
- Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
- Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
- Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic
- Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Sumardyono (2004:28) secara umum
definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
a)
Matematika sebagai struktur
yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain,
matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah
struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat,
pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma
(teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
b) Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam
mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola
pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat
diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
d) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar,
paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian
yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran
matematika yang sistematis.
e) Matematika sebagai bahasa artifisial.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam
matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial,
yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
f) Matematika sebagai seni yang kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan
ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula
disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
`Dari definisi –
definisi diatas, bahwa pengertian tentang matematika itu dengan menggabungkan
pengertian dari definisi-definisi tersebut. Semua definisi dapat diterima,
karena memang matematika dapat ditinjau dari segala sudut, dan matematika itu
bisa memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dari yang paling sederhana sampai
kepada yang paling kompleks.
I.
Matematika Sebagai Ilmu
Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti
proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif, matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif, untuk membantu pemikiran pada tahap-tahap permulaan
seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi
geometris.
II.
Matematika Sebagai Ilmu
Terstruktur
Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang
struktur yang terorganisasikan. Dimulai dari unsure-unsur yang tidak
terdefinisikan (undefined terms, basic terms, primitive terms) kemudian pada
unsure yang didefinisikan ke aksioma/postulat dan akhirnya pada teorama (Ruseffendi,
1980:50). Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur,
logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang
paling kompleks.
III.
Matematika sebagai Ratu
dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan
bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan kata lain,
banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika.
Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari Fisika dan Kimia
(modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep Kalkulus, khususnya
tentang Persamaan Diferensial; Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam
Biologi melalui konsep Probabilitas; Teori Ekonomi melalui Permintaan dan Penawaran
yang dikembangkan melalui konsep Fungsi dan Kalkulus tentang Diferensial dan
Integral.
Matematika itu sebagai suatu ilmu yang berfungsi
melayani ilmu pengetahuan. Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya
sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan
dalam pengembangan dan operasionalnya
Teori-Teori Belajar Proses Perubahan
Tingkahlaku & Belajar
Oleh : Arie Asnaldi, S.Pd
Jika
menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi.Namun dalam kesempatan ini hanya akan
dikemukakan lima jenis teori belajar saja, yaitu: (a) teori behaviorisme; (b) teori
belajar kognitif menurut Piaget; (4) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan
(5) teori belajar gestalt.
1. Teori Behaviorisme
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab II bahwa
behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan
dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut
Thorndike.
Dari
eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
a. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah
respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus -
Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antara Stimulus- Respons.
b.
Law of Readiness;
artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal
dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.
c.
Law of Exercise; artinya
bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak
dilatih.
2. Classical Conditioning menurut
Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov
terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of Respondent Conditioning yakni
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara
simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
b.
Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah
diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut
B.F. Skinner
Dari
eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika
timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
b.
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert
Bandura
Teori
belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya,
Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis
atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana
yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain
yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang
menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya
yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the
treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode
rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan
Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
2. Teori Belajar Kognitif
menurut Piaget
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek
perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal
operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi
teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
b.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
d.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
e.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
3. Teori Pemrosesan
Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai
padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada
tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a.
Hubungan bentuk dan latar (figure and gound
relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi
dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti
ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar
belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b.
Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang
saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan
dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c.
Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang
memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling
memiliki.
d.
Arah bersama (common direction); bahwa
unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan
dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e.
Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang
cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler
dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan
keteraturan; dan
f.
Ketertutupan (closure) bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap.
Terdapat
empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a.
Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari
dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku
dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar”
adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari,
berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”.
Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b.
Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah
membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan
geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan
behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari
jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat
(lingkungan geografis).
c.
Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau
unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan
obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti :
sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip
ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang
tertentu.
d.
Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris
adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu
reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam
memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan
memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal
keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan
dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin
efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan
pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.
Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa
perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
e.
Transfer dalam Belajar; yaitu
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi
lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi
dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi
lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi
apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu
persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri
dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa metode mengajar :
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode
ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa
kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan
anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa
kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
2. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Metode diskusi ( Discussion method )
Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin
Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah
bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban
untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode
diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan.
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan
yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode
diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful
Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis
pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi
sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu
kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki
melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi
sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode
resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume
dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode
resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000).
Kelemahan metode
resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya
meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
5. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode
percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri
Djamarah, (2000).
Metode
percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan
lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan
sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata
guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan
sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut
Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di
mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan
teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Agar
penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan
mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
c. Dalam eksperimen
siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka
perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka
perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu
diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan
lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Metode
eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian,
siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang
dialaminya itu.
Kelebihan metode
eksperimen :
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
b. Dalam membina
siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat
manusia.
Kekurangan metode
eksperimen :
a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.
c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan
atau pengendalian.
Menurut
Schoenherr
(1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode
eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode
eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun
sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan
dalam kehidupannya.
Dalam
metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental,
serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan
proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami
secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental
serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau
kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku
yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran
dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika
sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan
sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran
dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang
didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini
menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan
dipelajari.
2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan
hasil pengamatannya.
4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan
hasilnya.
5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep
yang telah dipelajari.
6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode
Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu
masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada
prinsip metode ilmiah.
6. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode
latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu,
bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode
latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
Kekurangan metode
latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
7. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode
ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu
diminta pemecahannya.
8. Metode Discovery
Salah
satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode
discovery ini:
a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif,
b. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan
siswa,
c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang
betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
d. Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah
satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
e. Dengan metode
penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan
probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dengan
demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam
berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode
Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur
mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan
lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode
Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar
yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational
Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh
guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode
dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya
menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau
diceramahkan saja.
Suryosubroto
(2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses
mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses
mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Metode
discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto
(2002:200) yaitu:
a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu
dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang
dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu,
b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan
mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman
dari pengertian retensi dan transfer,
c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa
merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang
kegagalan,
d. Metode ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri,
e. Metode ini menyebabkan
siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan
bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan
khusus,
f. Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,
g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada
siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang
jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
h. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk
menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode
discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah:
a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar
ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling
ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun
suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin
akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain,
b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan
teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru
dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional,
d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap
dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh
pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan,
e. Dalam beberapa
ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada,
f. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi
terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
9. Metode Inquiry
Metode
inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa
yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai
subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun
metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang
peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu
memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran
kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui
penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi
pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry
pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry
menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar
menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui
metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah
dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu,
mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan
yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.
Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru
(Mulyasa, 2005:235).
Teknik inquiry ini memiliki
keunggulan yaitu :
a. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
c. Mendorong siswa
untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif,
dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri.
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.
Menghindarkan diri dari cara belajar
tradisional.
j.
Dapat memberikan waktu kepada
siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi.
Casino online pokies games free 【ZALO:945084771】
BalasHapusCasino online pokies games free bonus online casino pokies slots slot machines pokies free casinos no deposit 1xbet bonus casino free chips casino bet365 bonus slot 우리카지노 계열사